Sebenernya, serius ini, saya bingung mau nulis apa. Ehm. mungkin lebih tepatnya, nulis kayak gimana. Soalnya kebanyakan nulis yang serius-serius bikin jari ini rada seret buat nulis yang santai-santai. Jadi sebenernya ini blog serius apa santai sih, Dhir? Nah. Good question. Kalo udah gini, ada baiknya dikembalikan lagi ke awal. Alasan kenapa saya buat blog ini. Kemarin, sekitar bulan Oktober-November 2013 bisa dibilang adalah masa-masa galau buat saya. Yah, meskipun nggak sampai ngalay di sosial media dan curhat kesana kemari, tapi setelah diinget lagi, emang itu adalah masa-masa transisi di hidup ssaya, dan entah kenapa perubahan itu selalu berbanding lurus dengan galau di dalam hati. apa yang berubah? status saya. dari anak kuliahan — jadi sarjana beberapa saat jadi sarjana — saya keterima kerja, berubahlah saya jadi Sailormoon karyawati baru beberapa minggu jadi karyawati — saya berubah jadi jomblowati 😦 😦 However, setelah beberapa buku motivasi bertema religi dan berjam-jam browsing quote patah hati dan move on di Pinterest, saya survived. Ditengah-tengah browsing itu, saya lupa gimana, pokoknya tiba-tiba nyasar ke blog nya Roy Saputra, sebuah nama yang asing, apalagi buat saya yang nggak pernah punya blog, tapi tulisannya yang ringan dan mengalir membuat saya betah lama-lama di blognya, sampai akhirnya saya baca artikel wawancara kak Roy sama Ariev Rahman. Disitu saya mulai kesengsem, gaya mas Ariev yang kocak dengan seru nyeritain pengalaman flashpacking-nya (jalan-jalan dengan gaya backpack tapi dalam jangka waktu yang singkat) membuat saya tertarik pingin nulis. Trus di blog itu, mas ariev mention Mohammad Takdis laki-laki dari Bandung seumuran saya yang berani mengambil langkah gede dalam hidupnya untuk mengejar passionnya, Travelling. A zero to hero story yang bikin saya mikir : kalo nih orang bisa, berarti saya juga bisa. Dan saya buka 2 New Tabs di Google chrome. 1 tab untuk wordpress.com dan dengan tanpa pikir panjang, saya buat nama tengah saya “matantya” sebagai nama blog (which I’m going to regret later on because google hates it, he always say “did you mean “matanya”?” aaaak. mata lu, Gle.) 1 tab lagi untuk airasia.com dan dengan tanpa pikir panjang juga, saya beli tiket ke Jakarta seharga 700 ribu pulang pergi. Kemudian saya terdiam di depan laptop. What the heck did I just do? yang sesaat kemudian disusul dengan telpon-telponan lama sama ortu buat minta ijin, sama temen kampus yang lagi di jakarta, sama temen di bandung, dan lain-lain. Ribet. Riweh. Too impulsive. But, back then I didn’t realize how that impulsive decision changes me. Sebenernya dari kecil juga saya travelling. Mudik lebaran itu travelling kan? ke hotel bareng keluarga temen kantor bapak juga travelling kan? Tapi yang ini beda. Saya pingin dapet sesuatu dari jalan-jalan kali ini. Saya pingin bawa pulang oleh-oleh yang gak dibeli pake uang. Untuk pertama kalinya, saya pingin jalan-jalan for the sake of “jalan-jalan” itself. Bukan destinasi lagi yang saya cari, tapi perjalanan itu sendiri. From that moment on, I realize that I am no longer a “Tourist”. I became a “Traveller”. Pulang dari Jakarta Bandung, saya duduk lagi di depan laptop dan mulai nulis. Apa aja yang mau saya tulis tentang perjalanan saya. Detil. Semua hal kecil yang seru yang bikin saya ketawa, mulai dari panas-panasan di Monas sampe nyasar syariah ke cafe perlente di Kota Tua, trus seru-seruan di Bandung dan ngerasain deg-deg-an nya terancam gak bisa pulang, yang akhirnya bisa ngerasain banget devine intervention di akhir perjalanan gue. EPIC banget! ((nah jadi pake “gue” kan? gini, sebenernya enakan cerita tuh pake “gue” bukan “saya”, karena dengan pake “gue” saya bisa pake bahasa Indonesia yang baku, tanpa terkesan kaku. Tapi, masalahnya sehari-hari saya nggak pernah sama sekali adress myself as “gue” karena saya tinggal di Sidoarjo, Jawa timur bukan di set FTV. So, later on I use saya. Super saiya)).
Dari situ saya nemu kesenengan baru. Menulis. Meskipun belum banyak yang baca, tapi seneng gitu nerima feedback dari temen-temen, sanak saudara. Ada yang bilang blog ini relaxing lah, ngocol, seru, bisa bantu ngilangin stress, dan lain-lain. It feels so good. Setelah itu adalah masa kupu-kupu (kerja-udahan-pulang-kerja-udahan-pulang). Nggak ada rencana jalan-jalan, karena pulang dari trip perdana itu saya jatuh sakit beberapa hari (dasar gara-gara saya yang masih ngotot diet padahal badan pegel semua). Bosen, saya mulai lirik-lirik ke blog-blog sastra, kayak blog Agus Noor dan lain-lain. Trus pas perjalanan pulang dari tempat kerja tiba-tiba muncul ide, akhirnya untuk pertama kalinya seumur-hidup saya bikin cerita pendek. Dan saya jadi suka nulis cerpen karena nulis cerpen tuh nggak pake mikir, nggak pake nge-cek fakta, nggak pake liat notes-notes selama perjalanan. Nulis cerpen itu enak, bikin pembaca kaget dengan ending cerita kita itu seru, dan yang bikin saya tambah seneng nulis cerpen, ternyata banyak yang suka. Tapi, akhirnya bahasa yang saya gunakan di blog ini jadi semakin baku. Kemudian AlhamduliLLAH, saya diberi rejeki untuk menunaikan ibadah umrah. This is the trip of a lifetime, I would say. Pulang dari sana, rasanya saya kayak celana baru pulang dari permak jeans. Masih sama, tapi penampakannya beda, lebih rapi. People can say goodbye to my super long and wavy hair, I wear hijab now. Dan ternyata berkerudung membuat saya merasa jauh lebih nyaman. Di blog ini saya juga berbagi mengenai perjalanan sewaktu umrah dan kemudian tingkat keseriusan dari blog ini pun meningkat drastis. Trus bingungnya tadi tentang apa, Dhir? Saya bingung mau dibawa kemana hubungan kita? bila kau terus menunda-nunda dan tak pernah katakan cinta? Hemm. Duh. matiin radio. Saya bingung mau dibawa kemana matantya.wordpress.com ini. Pertama kali buat blog, ngelihat tiga senior diatas, saya kepingin jadi buzzer, influencer. Saya kepingin diajak jalan-jalan gratis dan dibayar untuk senang-senang, ditawarin masang iklan ini itu karena pembaca blog saya yang banyak. I aim for the Moon, because even if I miss, I hope to land among the stars. Tapi, untuk menjadi seperti mereka itu nggak gampang. Kepopuleran seperti itu nggak didapet dalam satu malam, yah kecuali saya jadi apoteker pertama yang memberi konseling KB beserta peragaan visualnya ke semua kucing betina di Sidoarjo. Kesuksesan mereka itu berkat konsistensi dan kerja keras. Pernah dengar SEO (search engine optimization), kan? gimana caranya supaya website kita disayang sama Google dan muncul di halaman awal bila ada yang mencari keyword tertentu. Seorang teman yang mengerti tentang SEO menyarankan saya kalo pingin meningkatkan traffic pengunjung, lebih baik memasang artikel yang satu tema (misal travelling stories saja) dan harus informatif, sehingga menambah pengetahuan pembaca, kalo mau nulis cerpen dan random things lain, mending bikin blog lagi. Nah. Sebenernya itu saran yang bener-bener masuk akal. Tapi, tapi. Mengasuh satu blog ini aja uda keteteran, apalagi lebih. Tapi, tapi, saya kepingin nulis tentang banyak hal selain travelling. Tapi, tapi, nanti blog ini nggak banyak pengunjungnya. Trus gimana? mungkin saya harus kembalikan lagi kesini… *tarik napas
I write because it feels good. I write because it makes me happy. I write because, fortunately, it makes people around me happy, too. Rejeki, umur, jodoh, dan traffic blog itu di tangan Allah. Sekarang yang penting terus konsisten menulis, dan harus menulis sesuai hati intan nuraini.
hembuskan napas Yah sekian postingan tentang bingung tengah tahun saya..terimakasih sudah membaca sampai sini..terimakasih sudah datang di blog ini.. 🙂
Dan terakhir..
Bingung itu sehat. Karena dengan bingung, berarti seseorang memikirkan sesuatu secara sungguh-sungguh. Semua orang pernah bingung di dalam hidupnya, saya hanya salah satu yang mengakuinya. Bingung itu langkah awal untuk mengerti. Karena bingung selalu dibarengi keingintahuan. Rasa haus akan pemahaman itu sendiri. Saya rasa saya ada di waktu yang tepat untuk bingung. Bingung ketika masih muda, saya rasa jauh lebih baik daripada bingung ketika tua. Bingung itu proses pencarian jalan keluar. Karena orang yang bingung tidak akan berhenti mencari solusi. Gak pernah kan liat orang yang perutnya sakit, bingung pingin ke WC, tapi diem aja? Yang ada orang itu pasti muter otak gimana caranya ke toilet terdekat. Kecuali kalo orang itu lagi jadi moderator debat capres ato lagi salaman pas ijab qabul, sih. Jadi, intinya, berani bingung itu baik. Cheers for the confusion! and for the good years ahead!
((underlined red words above are links, silahkan klik biar makin greget!))